Ada satu ciri khas dari Pulau Nias, apalagi kalau bukan sejarahnya menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti. Pulau ini sudah dihuni oleh manusia sejak 3.000 tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa peninggalan sejarah yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Peninggalan-peninggalan dapat kita lihat di Bukit Tolobahu di sisi sebuah gereja di atas Desa Idano Tae, Gomo, sekitar 60 km dari Gunungsitoli. Di sini terdapat ratusan batuan bermacam bentuk seperti patung, altar dan benda lain yang diperkirakan telah berusia di atas 3.000 tahun.
Desa ini konon diyakini sebagai tanah leluhur nenek moyang pertama orang Nias. Sehingga tak heran, jika penduduk sekitar mengkeramatkan area kawasan ini.Di areal seluas 3.000 meter persegi ini ada meja batu yang semuanya berjumlah 62 unit. Tingginya berbeda-beda, ada yang 80 cm, 70 cm, 50 cm sampai 20 cm dengan ketebalan 10 sampai 20 cm. Benda lainnya adalah patung dengan hiasan kepala naga sejumlah 42 unit. Selain itu masih ada peti mayat, lesung pencucian kaki, mimbar, tiang pasungan, batu pancung, pilar gapura, kursi raja, kursi tamu, bangku pag raja, dan yang kecil untuk para abdi dan rakyat jelata.
Nias juga punya rumah adat. Lokasi yang paling terjaga terdapat di Desa Bawomataluo, Orahili dan Hilisimaetano, Kecamatan Teluk Dalam. Di desa-desa tradisional inilah terdapat hombo batu (susunan batu berbentuk kerucut setinggi dua meter) yang dikenal sebagai tempat latihan para pemuda yang akan berperang pada zaman dahulu. Pemuda yang akan berperang lulus seleksi bila mampu melompati batu ini. Logikanya sederhana, batu itu sebagai uji coba melewati benteng desa lawan yang umumnya terdiri dari batu setinggi dua meter juga.
No comments: