ads

ads

Slider[Style1]

Style2

Style3[OneLeft]

Style3[OneRight]

Style4

Style5

Download Lagu Maena Nias

LAGU DAERAH NIAS (LEGEND)
LAGU DAERAH NIAS (LEGEND)
Nias Sweet Home - Lagu daerah merupakan sebuah lagu yang terkenal/populer dikarenakan ada bayak orang menyanyikannya dan menjadi suatu kebiasaan hingga generasi ke generasi.
Bicara soal liriknya sangat sederhana dan memiliki banyak makna, tidak kalah bagusnya dengan lagu-lagu yang lagi hits saat ini.

LAGU DAERAH NIAS (LEGEND)

” LAGU MAENA “
  • · CD 1
  • · CD 2

Password : rakigae

Mau Download…?? Klik Sini Aja..!!!
Atau jika pass tidak valid silahkan cek pass disini...

Ya'ahowu...
Nias Sweet Home

Hotel di Pulau Nias

Hotel di Pulau Nias

Sebagian dari akomodasi di Nias sangat dasar. Ada beberapa bungalow yang bagus tepat di pantai.

1). Sorake Beach Resort
2). Sea Breeze Hotel
3). Berisiko Hotel
4). Magdalena Hotel
5). Inn Lantana
6). Olayama Hotel
7). Sun Beach Hotel

Dan Masih Ada Banyak Lagi Hotel/Tempat penginapan lainnya.

Oh iya jika berkenan silahkan berkunjung diKomunitas Belajar Komputer thx

Suku Nias


Suku Nias
Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias. Dalam bahasa aslinya, orang Nias menamakan diri mereka "Ono Niha" (Ono = anak/keturunan; Niha = manusia) dan pulau Nias sebagai "Tanö Niha" (Tanö = tanah).

Silahkan juga berkunjung disini untuk yang suka dunia komputer

Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam lingkungan adat dan kebudayaan yang masih tinggi. Hukum adat Nias secara umum disebut fondrakö yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Masyarakat Nias kuno hidup dalam budaya megalitik dibuktikan oleh peninggalan sejarah berupa ukiran pada batu-batu besar yang masih ditemukan di wilayah pedalaman pulau ini sampai sekarang.
Kasta : Suku Nias mengenal sistem kasta(12 tingkatan Kasta). Dimana tingkatan kasta yang tertinggi adalah "Balugu". Untuk mencapai tingkatan ini seseorang harus mampu melakukan pesta besar dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ribuan ekor ternak babi selama berhari-hari

Asal Usul Nias

Asal Usul Suku Nias
I. Latar belakang

Suku Nias adalah kelompok masyarakat yang hidup di pulau Nias.[1] Orang Nias menyebut diri mereka sebagai Ono Niha (anak manusia). Kemudian pulau Nias disebut sebagai Tanő Niha (tanah manusia). Suku Nias adalah masyarakat yang hidup dalam hukum adat dan kebudayaan yang sangat kental. Hukum adat Nias secara umum disebut fodrakő yang mengatur segala segi kehidupan mulai dari kelahiran sampai kematian. Jauh sebelumnya, masyarakat Nias primitif hidup dalam budaya megalitik. Hal ini terlihat dari peninggalan sejarah seperti artefak-artefak yang masih ditemukan di banyak wilayah pedalaman pulau Nias sampai sekarang ini.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar dunia Komputer...

asal usul suku nias


Masyarakat Nias juga mengenal sistem kasta. Ada dua belas tingkatan kasta. Dari tingkatan kasta yang ada, yang tertinggi adalah “Balugu”. Untuk mencapai tingkatan ini, seseorang harus mampu mengadakan pesta besar selama berhari-hari dengan mengundang ribuan orang dan menyembelih ratusan/ekor babi. Biasanya orang-orang yang melakukan ini adalah mereka yang memiliki harta dan emas.

a). Mitologi:Menurut masyarakat Nias, dalam sebuah mitos, orang Nias berasal dari sebuah pohon kehidupan yang disebut Sigaru Tora’a yang terletak disebuah tempat yang bernama Tetehőli ana’a. Mitologi Nias ini terdapat dalam hoho[2]. Dalam hoho diceritakan bahwa alam semesta beserta segala isinya adalah ciptaan Lowalangi[3] (Untuk selanjutnya saya lebih suka menggunakan istilah ”pencipta”) dari beberapa warna udara yang ia aduk dengan tongkat yang bernama sihai[4]. Dewa pencipta terlebih dahulu menciptakan pohon kehidupan yang disebut Sigaru Tora’a. Pohon ini berbuah dua butir buah yang segera dierami oleh seekor laba-laba emas. Kemudian lahirlah sepasang dewa pertama, yang dinamakan Tuhamora’aangi Tuhamoraana’a berjenis kelamin laki-laki dan Burutiroangi Burutiraoana’a berjenis kelamin perempuan.[5] Keturunan mereka inilah yang kemudia dikenal sebagai dewa Sirao Uwu Zihõnõ sebagai rajanya.

Asal Usul Suku Nias
Mitos asal usul masyarakat Nias pun, dimulai sejak zaman raja Sirao. Dewa ini memiliki tiga istri yang masing-masing beranak tiga putra. Di antara kesembilan putranya ini timbul pertengkaran yang sengit, yaitu mereka memperebutkan tahta Raja Sirao ayah mereka. Melihat situasi ini, Sirao mengadakan sayembara di antara putra-putranya. Intinya, siapapun yang mampu mencabut tombak (toho) yang telah dipancangkan di lapangan depan istana itulah yang berhak menggantikan-nya. Satu persatu putranya mulai dari yang tertua datang mencoba mencabut tombak tersebut. Tapi tak satupun berhasil. Kemudian anak yang paling bungsu yang bernama Luo Mĕwõna[6] (Lowalangi) datang mencabutnya dan akhirnya berhasil.

Kakak-kakaknya yang kalah dalam sayembara tersebut diasingkan dari Tetehõli ana’a, dan dibuang ke bumi, tepatnya di pulau Nias. Dari kedelapan putra Sirao yang dibuang ke dunia (Pulau Nias) hanya empat orang yang dapat sampai di empat tempat di pulau Nias dengan selamat dan akhirnya menjadi leluhur orang Nias. Ke-empat orang lainnya mengalami kecelakaan. Baewadanõ Hia karena terlalu berat, jatuh menembus bumi dan menjelma menjadi ular besar yang bernama Da’õ Zanaya Tanõ sisagõrõ[7] (dialah yang menjadi alas/fondasi seluruh bumi). Jika dia bergerak sedikit saja, maka bumi akan bergoncang dan terjadilah gempa bumi. Agar dapat hidup, naga ini diberi makan oleh burung setiap hari.Yang lain jatuh ke dalam air dan menjadi hantu sungai, pujaan para nelayan. Dia sering disebut hadroli[8]. Ada yang terbawa angin, dan akhirnya tersangkut di pohon dan menjelma menjadi hantu hutan, pujaan para pemburu. Makluk ini sering disebut ”Bela”[9]. Ada juga yang jatuh di daerah Laraga yang kondisi tanahnya penuh batu-batu (12 Km dari Gunung Sitoli) menjadi leluhur orang-orang berilmu kebal.

b). Penelitian ArkeologiTelah dilakukan di Pulau Nias sejak tahun 1999 dan hasilnya ada yang dimuat di Tempointeraktif[10] dan di Kompas,[11] Rabu 4 Oktober 2006 Rubrik Humaniora menemukan bahwa sudah ada manusia di Pulau Nias sejak 12.000 tahun silam yang bermigrasi dari daratan Asia ke Pulau Nias pada masa paleolitik, bahkan ada indikasi sejak 30.000 tahun lampau kata Prof. Harry Truman Simanjuntak dari Puslitbang Arkeologi Nasional dan LIPI Jakarta. Pada masa itu hanya budaya Hoabinh, Vietnam yang sama dengan budaya yang ada di Pulau Nias, sehingga diduga kalau asal-usul Suku Nias berasal dari daratan Asia di sebuah daerah yang kini menjadi negara yang disebut Vietnam.[12]

Marga Suku Nias: Suku Nias terdiri dari beberapa marga diantaranya : Amazihönö, Beha, Baene, Bate’e, Bawamenewi, Bawaniwao, Bawo, dan masih banyak lagi. Fungsi marga adalah menunjukkan garis keturunan dan asal seseorang. Termasuk mengenal famili, sejauh mana garis keturunan dan bisa tau tidak mereka menikah.

Sumber www.wikipedia.co

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar dunia Komputer

Bahasa Nias

Bahasa Nias

Bahasa adalah konvensi. Itulah pernyataan yang sering kita dengar yang berkaitan dengan pemunculan istilah atau kebiasaan berbahasa dalam bahasa apa pun. Maka, suatu istilah baru dapat saja muncul, sejauh disepakati, diterima oleh penutur bahasa itu, meskipun itu terkadang bertentangan dengan kaidah-kaidah umum bahasa yang bersangkutan. Konvensi adalah salah satu cara melalui mana suatu bahasa berkembang. Konvensi biasanya dimunculkan oleh 'komunitas' yang mempunyai pengaruh tertentu karena keahliannya, dominasi ekonomi atau sosialnya, atau karena kegiatan khusus tertentu yang digumuli, dan sebagainya.

Klick disini untuk mengenal lebih jauh tentang bahasa nias

Dalam bahasa apapun, konvensi semacam itu lumrah saja muncul, termasuk juga dalam Li Niha. Akan tetapi berkaitan dengan yang terakhir ini ('konvensi' dalam Li Niha), agaknya kita perlu melihat apa yang terjadi sekitar 20 - 30 tahun silam, yang sebenarnya masih juga terjadi hingga saat ini.
Ketika penulis menempuh pendidikan di Gunung Sitoli antara tahun 1972 - 1974, ada suatu kejadian 'kecil' yang selalu 'mengganjal' hati penulis, tetapi waktu itu menyikapinya secara pragmatis: mendiamkannya saja. Kisah ini berkaitan dengan bagaimana cara teman-teman yang bukan orang Nias belajar Li Niha.

Cara paling umum ialah mereka menanyakan arti kata-kata Li Niha satu per satu dan menghafalnya. Lalu berbekalkan kata-kata lepas itu, mereka mulai 'memperlihatkan' kemampuannya berbahasa Nias. Jadi, dengan mengetahui bahwa: saya = ya'odo, pergi = möi, ba = ke, sekolah = sekola, mereka memunculkan sebuah struktur kalimat Li Niha ala anak kecil yang baru belajar berkata-kata, sebagai berikut: Ya'odo möi ba sekola - (maksudnya: Möido ba zekola - Saya pergi ke sekolah). Lalu, dengan mengetahui bahwa: tidak = lö'ö, baik = sökhi, kelakuan = amuata, kamu/engkau = ya'ugö, munculllah: (maksudnya: Lö sökhi amuata ya'ugöLö sökhi gamuatau - tidak baik kelakuanmu).

Biasanya, struktur kalimat Li Niha yang tidak biasa itu menjadi bahan tertawaan Ono Niha. Dan pada umumnya, struktur asing itu akan tetap melekat dalam ingatan mereka hingga mereka meninggalkan Pulau Nias, karena tidak ada yang membetulkan.

Ada banyak alasan mengapa reaksi kita (baca: kami ketika itu) hanya sebatas menertawakan atau memperolok-olok. Yang pertama ialah: keterbatasan penguasaan bahasa Indonesia, sehingga kami tidak mampu menjelaskan hal-hal yang memang kompleks seperti itu kepada mereka. Harap dimaklumi, pada umumnya anak-anak desa yang belajar di Gunungsitoli ketika itu, baru mulai memakai bahasa Indonesia ketika menempuh pendidikan di Gunungsitoli.

Kedua, kami juga bukan ahli bahasa Nias sehingga tidak mudah memberikan penjelasan yang memuaskan, meski pun tahu bahwa hal itu tidak pas, tidak tepat, lö fagöna, lö faudu, lö enahöi.

Alasan ketiga, memang dalam diri kami belum tumbuh (lebih tepat: tidak ditumbuhkan) sikap peduli (konsen), sikap memiliki dan menghargai Li Niha. Bahkan penguasaan Li Niha secara fasih - dalam arti: mengikuti kaidah-kaidah bahasa dan pengucapan Li Niha yang asli - dikaitkan dengan keterbelakangan dalam segala aspek kehidupan. Sekadar contoh, di kala itu, tidak jarang anak-anak desa diperolok-olok, bahkan juga oleh anak-anak Ono Niha sendiri, karena tidak dapat melafalkan huruf "d" ala Bahasa Indonesia (Lihat artikel Bunyi Huruf "D" Dalam Li Niha).

Apa yang menjadi kerisauan kita sebenarnya ?
Yang menjadi kerisauan kita ialah: bahwa 'bangunan' Bahasa Nias yang kita warisi itu mulai 'porak-poranda' oleh 'konvensi' yang dipaksakan dari luar. Kaidah-kaidah Bahasa Nias yang keliru yang secara tak sengaja dimunculkan oleh orang lain tidak pernah merisaukan kita. Yang lebih menyedihkan adalah proses 'pembiaran' yang kita lakukan: kita tidak memprotes ketika nama atau marga kita di KTP ditulis secara salah, kita selalu 'memaklumi' penulisan yang salah kata-kata Li Niha oleh orang lain tanpa pernah berusaha mengoreksinya.

Kehadiran kaset-kaset lagu pop Nias di satu pihak membanggakan kita, tetapi di pihak lain menjadi lahan yang subur untuk menyebarkan berbagai kekeliruan penulisan bahasa Nias yang sebenarnya tak perlu terjadi.

Kini, setiap kali berjumpa dengan orang-orang yang pernah menginjakkan kakinya di Nias, kita tentu tidak jarang menelan rasa 'jengkel' apabila yang bersangkutan menyapa kita dengan ramahnya, sambil mengucapkan kata-kata Nias dalam kalimat dengan struktur dan gaya buatan mereka sendiri dan tanpa arti yang jelas seperti: Manere-nere si alabe ..., atau menyapa kita dengan salam khas kita "Ya'ahowu" tetapi dengan pengucapan gaya baru: Yahobu. Atau membiarkan pengucapan marga kita "dimodifikasi" sehingga muncul marga-marga "generasi baru" Ono Niha ciptaan orang luar: Bulolo, Bulele, Daki, Daci, Gule, Jay, Halewa, Lahiya, Sega, Talaubanua, Saluku dan sebagainya.

Berbagai keprihatinan yang berkaitan dengan nasib Li Niha berpulang kepada kita semua. Kita Ono Niha-lah, yang memutuskan apakah 'konvensi' yang dipaksakan dari luar itu kita terima begitu saja ... kitalah yang harus mengambil sikap MENOLAK terhadap 'konvensi-konvensi' baru yang bukannya memperkaya Li Niha secara sehat, tetapi justru meracuninya.

Thx semoga bermanfaat.....!
ttd Komunitas Belajar Komputer...

Marga Orang Nias

(A)
Amazihönö
(B)
Baeha, Baene, Bate'e, Bawamenewi, Bawaniwa'ö, Bawö, Bali, Bohalima, Bu'ulölö, Buaya, Bunawölö, Bulu'aro, Bago, Bawaulu, Bidaya, Bulolo
(D)
Dachi (terkadang di tulis Dakhi), Daeli, Dawölö, Daya, Dohare, Dohöna, Duha, Duho
(F)
Fau, Farasi, Finowa'a, Fakho, Fa'ana,Famaugu
(G)
Gaho, Garamba, Gea, Ge'e, Giawa, Gowasa, Gulö, Ganumba, Gaurifa, Gohae, Gori, Gari
(H)
Halawa, Harefa, Haria, Harita, Hia, Hondrö, Hulu, Humendru, Hura, Hoya
(L)
Lafau, Lahagu, Lahömi, La'ia, Luaha, LaolI, Laowö, Larosa, Lase, Lawölö, Lo'i, Lömbu, Lamölö, Lature, Luahambowo, lazira, Lawolo,Lawelu, Laweni, lasara,laeru,
(M)
Maduwu, Manaö, Maru'ao, Maruhawa, Marulafau, Mendröfa, Mangaraja, Maruabaya, Möhö, Marundruri
(N)
Nazara, Ndraha, Ndruru, Nehe, Nakhe, Nadoya, Nduru
(S)
Sadawa, Saoiagö, Sarumaha, Sihönö, Sihura, Sisökhi, Saota
(T)
Taföna'ö, Telaumbanua, Talunohi, Tajira
(W)
Wau, Wakho, Waoma, Waruwu, Wehalö, Warasi, Warae, Wohe
(Z)
Zagötö, Zai, Zalukhu, Zamasi, Zamago, Zamili, Zandroto, Zebua, Zega, Zendratö, Zidomi, Ziliwu, Ziraluo, Zörömi, Zalögö, Zamago


Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar dunia Komputer

Kalau ada yang belum tertera di atas silahkan ditambahkan di  di kolom komentar di bawah ini.

Nias - Sumatera


Pulau Nias adalah 125km dari pantai barat Sumatera dan merupakan pulau terbesar di lepas pantai itu. Nias 130 km panjang dan lebar 45km, hanya lebih kecil dari Bali .

Peta NiasLegendaris untuk surfing, pulau ini pernah menyelenggarakan putaran Kejuaraan Dunia Surfing. Laporan bahwa surfing baik, jika tidak lebih baik setelah gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami 2003. Hal ini melaporkan bahwa bagian besar dari karang telah mengangkat 1m atau lebih. Berbagai bagian yang terendam kini mencuat keluar dari air. Kondisi berselancar yang terbaik antara bulan April dan Oktober.

Penduduk diperkirakan sekitar 500.000 orang di Pulau Nias. Ibu kota Nias Gunung Sitoli. Bandara ini terletak 19km dari Gunung Sitoli dan pelabuhan laut 5 kilometer. 

Seperti Nias sulit untuk sampai ke sana terputus dari Sumatera selama beberapa abad, mengembangkan budaya khas sendiri itu. Orang-orang Niassian memiliki sejarah yang menarik dari animisme dan pemujaan leluhur. "Rumah adat '-.. Ukiran batu tua serta batu monolitik berdiri bebas dapat ditemukan di sekitar bagian tengah dari pulau Nias Beberapa dari tanggal tersebut kembali ke lebih dari 3000 tahun, yang tertua ditemukan di Indonesia Desa Holi memiliki tua 'rumah besar' dengan piramidal makam leluhur commemerating kepala besar.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar dunia Komputer

Lepas pantai Nias terletak 2 pulau-pulau lain - Pulau Bawa dan Pulau Aru. Pulau Bawa sangat baik untuk berselancar dan dapat diakses melalui feri publik. Ini naik feri 2 jam dari Nias.

Tidak ada feri ke Pulau Aru publik tetapi Anda dapat menyewa perahu dari Nias atau Bawa baik. Pulau ini memiliki beberapa istirahat karang tangan yang besar kiri.

Anda dapat terbang atau menangkap kapal feri ke Nias. Feri berangkat dari Sibolga dan perjalanan berlangsung 8 sampai 13 jam tergantung pada cuaca. Feri dijalankan oleh Pelni yang merupakan perusahaan menjalankan pemerintahan. Kunjungi website dasar mereka untuk detail feri www.pelni.com

Malaria telah dilaporkan di Pulau Nias sehingga mengambil tindakan pencegahan jika mengunjungi.

Makanan Tradisional Khas Masyarakat Nias

Makanan Khas Nias

Makanan Tradisional Suku Nias

Setiap Daerah Pasti Memiliki Makanan tradisional masing-masing, dimana makanan tradisional ini sudah menjadi budaya dari nenek moyang kita dulu, hingga sampai sekarang masih dipertahankan, makanan khas ini juga merupakan salah satu ciri khas dari suku tertentu dimana hanya terdapat didaerah itu sendiri. Nah dibawah ini ada beberapa contoh makanan khas tradisional orang nias, langsung saja.
  1. Gowi Nihandro (Gowi Nitutu ; Ubi tumbuk)
  2. Harinake (daging Babi cincang dengan cacahan yang tipis dan kecil-kecil)
  3. Godo-godo (ubi / singkong yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus setelah matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut)
  4. Köfö-köfö (daging ikan yang dihancurkan, dibentuk bulat dan dijemur/dikeringkan/diasap)
  5. Ni'owuru (daging babi yang sengaja diasinkan agar bisa bertahan lama)
  6. Raki gae (pisang goreng)
  7. Tamböyö (ketupat)
  8. :Loma (beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bambu)
  9. dan masih ada banyak lagi, Jika Berkenan silahkan di tinggalkan di kolom komentar jenis makanan tradisional yang belum tercantum di atas.
Demikian saja tentang Makanan Tradisional Suku NIAS, semoga anda lebih mencintai suku tercinta ini.
Artikel Menarik Lainnya
Saohagolo.
Nias Sweet Home

Minuman Tradisional Khas Nias



Minuman Tradisional Suku NiasMinuman Tradisional Suku Nias


Minuman Tradisional Suku Nias

Nias Sweet Home Hampir sama dengan makanan tradisional, minuman tradisional khas nias ini juga sudah ada jauh sebelum saya pribadi lahir hahaha, bagi teman - teman yang suka dengan minuman ini pasti tahu donk efeknya bagaimana ha-ha-ha-ha jadi minuman ini sudah di konsumsi oleh nenek moyang kita dulu dan hingga sampai sekarang masih ada kita temukan minuman ini. Minuman Khas Nias ini sangat bermanfaat bagi kesehatan (jika tidak berlebihan) dimana efek dari minuman ini hampir sama dengan minuman keras pada umumnya hanya saja yang membedakan aromanya saja. Okey ini dia Minuman Tradisional khas Suku Nias.

Tuak Nias

  1. Tuo Nifarö (minuman yang berasal dari air sadapan pohon nira (dalam bahasa Nias "Pohon Nira" = "töla nakhe") yang telah diolah dengan cara penyulingan) dan ada juga penyulingan dari pohon kelapa.
  2. Tuo mbanua (minuman tuak mentah yang berasal dari air sadapan pohon kelapa)
Itu dia minuman khas dari nias yang masih dipertahankan sampai sekarang, disamping harganya murah minuman ini juga bikin mabuk kepayang wkwkwk. 

Artikel Menarik Lainnya

Efek Tuak Nias

  • Sambua galasi fangaukhu mboto
  • Dombua Galasi Tagoyomo Wiso
  • Tolu Galasi Onekhe Fahuhuo
  • Efa Galasi Tobali Tuka Kaco.

Saohagolo.
Nias Sweet Home

Tari Moyo Tarian Tradisional Asli Dari Nias

gerakan tari moyo
gambar tari moyo

Tarian Tradisional Asli Dari Nias (TARI MOYO)

Tari moyo menandakan betapa indahnya sebuah persatuan dalam sebuah perdamaian seperti gerakan yang lemah gemulai, Makna dari tari Moyo ini menunjukkan bahwa dalam keteduhan kami bisa mencapai cita-cita kami bagaikan elang mengarungi angkasa raya.

Ada pun tarian lain di pulau nias yaitu :
  1. Tari Perang (War Dance)
  2. Maena
  3. Tari Moyo
  4. Fataelusa
  5. Tari Ya'ahowu
  6. Tari Baluse
  7. Tari Folaya saembu
  8. Dll
Demikian saja tentang  Tari Moyo Tarian Tradisional Asli Dari Nias

Saohagolo.
Nias Sweet Home

Kamu Harus Tahu Lompat Batu dari Suku Nias


Lompat Batu Suku Nias

Lompat Batu Asli Dari Suku Nias (Ono Niha)

Nias Sweet Home - Tradisi Lompat Batu atau Fahombo adalah tradisi yang dilakukan oleh seorang pria yang mengenakan pakaian adat meloncati susunan batu yang disusun setinggi lebih dari 2 meter. Lompat batu adalah upacara adat dari provinsi Sumatera Utara, Tradisi Lompat Batu ini berasal dari Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Lompat batu (hombo batu)  merupakan tradisi yang sangat populer pada masyarakat Nias di Kabupaten Nias. Tradisi lompat batu sudah dilakukan sejak jaman para leluhur untuk berlatih perang. Sebab, nenek moyang di Pulau Nias sering perang antar suku. Masyarakat Nias pada saat itu memang terkenal keras dan sering dikatakan bangsa sparta indonesia dikarenakan budaya bertarung yang sangat tangguh sehingga selalu mempersiapkan diri dengan baik setiap kali mau ada perang.

SPARTA VERSI INDONESIA

Nah, lompat batu ini berguna sebagai latihan fisik para pemuda di Nias supaya kuat dan mampu menembus benteng lawan yang konon cukup tinggi untuk dilompati.Tradisi ini berkembang sehingga berubah fungsinya karena perang antar suku sudah tidak ada lagi zaman sekarang. Saat ini, tradisi lompat batu  digunakan sebagai salah satu bentuk ritual upacara dan simbol budaya  masyarakat Nias.

 
 Sumber www.youtube.com

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar dunia Komputer

Tradisi lompat batu saat ini dilakukan oleh para pemuda sebagai penanda bahwa ia sudah dewasa. Dengan melakukan tradisi tersebut, mereka akan diakui sebagai lelaki pemberani, telah memenuhi syarat untuk menikah. Selain itu kebanggaan tidak hanya bagi si pemuda itu sendiri, keluarga juga akan merasa bangga jika anaknya mampu melakukan Fahombo. Sehingga keluarga akan menyembelih beberapa ekor ternak. Hingga sekarang pun kita dapat melihat atraksi lompat batu ini jika berkunjung ke Desa Bawo Mataluo (Bukit Matahari) atau di Desa Bawomataluo, Kabupaten Nias Selatan

Saohagolo.
Nias Sweet Home

Pulau Nias

Pulau Nias

Nias (Tano Niha) adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah barat pulau Sumatera,Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias (Ono Niha) yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata penting seperti selancar (surfing), rumah tradisional, penyelaman, lompat batu.

Pulau Nias dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk 700.000 jiwa.

Agama mayoritas daerah ini adalah Kristen Protestan. Nias saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Tari Perang Suku Nias Yang Terkenal

Tari Perang Suku Nias

Salah Satu Tarian Tradisional Suku Nias Yang Terkenal

Nias Sweet Home - Tari Perang merupakan bagian dari tradisi khas Nias yang berhubungan erat dengan Lompat Batu Nias, karena lahirnya berbarengan dengan tradisi Hombo Batu. Dahulu kala Suku Nias sering berperang antar suku. Biasanya pemicu perang adalah perebutan lahan atau bahkan perebutan kekuasaan. Seperti halnya sistem kepemimpinan kampung yang dipimpin seorang kepala desa atau kepala suku. Dahulu setiap kampung di Nias juga dipimpin oleh seorang kepala suku yang disebut Si'ulu yang berarti bangsawan. Demi mempertahankan kekuasaan dan ketentraman warga kampungnya dari serangan suku lain, setiap Si’ulu berinisiatif mengumpulkan pemuda desa untuk dilatih berperang. Jenis latihan yang diberikan oleh Si’ulu adalah melatih kekuatan fisik, seperti kemampuan Lompat Batu (Hombo Batu) para pemuda dan melatih kelincahan pemuda dengan peragaan alat perang. Jika mereka dapat melompati batu setinggi 2 meter yang dibentuk dari tumpukan batu tersebut serta mampu menggunakan peralatan perang dengan sempurna, maka mereka dinggap mampu menjadi prajurit perang. Jadi secara tidak langsung tradisi Lompat Batu dan Tari Perang ini terlahir dari konflik perang.

Artikel Menarik 

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Tari Perang Suku Nias Yang Terkenal

Nias Sweet Home - Untuk merayakan kelulusan pemuda dari ujian tersebut, Si’ulu mengadakan pesta dengan memotong ternak dan kemudian mengumumkan pada warga kampung mengenai pasukan Perang yang sudah terbentuk. Si’ulu membentuk prajurit tidak hanya untuk keperluan pertahanan kampung, tetapi juga untuk kegiatan lainya yang berhubungan dengan kegiatan adat. Dibawah Ini Video Tari Perang Suku Nias.
Seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran individu, prajurit atau pasukan perang sudah tidak difungsikan lagi. Melainkan hal ini dijadikan sebagai simbolis dan atraksi budaya Nias.
Dalam menarikan tarian perang ini, penari mengenakan pakaian warna warni terdiri dari warna hitam, kuning dan merah, dilengkapi dengan mahkota di kepala. Layaknya kesatria dalam peperangan. Penari juga membawa Tameng (baluse), Pedang (gari) dan Tombak (toho) sebagai alat pertahanan dari serangan musuh. Tameng yang digunakan terbuat dari kayu bebentuk seperti daun pisang berada di tangan kiri berfungsi untuk menangkis serangan musuh. Sedangkan Pedang atau Tombak berada di tangan kanan berfungsi untuk melawan serangan musuh. Kedua senjata ini merupakan senjata utama yang digunakan kesatria Nias untuk berperang. Dan Lagi lagi Video Tari Perang Suku Nias.

Sparta Versi Indonesia Yang Ditakuti Belanda

Nias Sweet Home - Prosesi pertunjukan tarian ini dipimpin seorang Komando layakya strategis dalam perang yang dipimpin oleh seorang panglima. Kemudian akan memberi aba-aba kepada penari untuk membentuk formasi berjajar panjang yang terdiri dari empat jajar. Posisi komando berada di depan menghadap kearah penari. Tarian kemudian dimulai dengan gerakan kaki maju mudur sambil dihentakkan ke tanah dan meneriakkan kata-kata pembangkit semangat. Makna gerakan ini adalah kesiapan pasukan untuk maju ke medan perang dengan penuh semangat kepahlawanan. Kemudian diikuti dengan formasi melingkar yang bertujuan untuk mengepung musuh, setelah musuh terkepung para kesatria akan dengan mudah untuk melumpuhkan mereka.

di Suku Nias

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Gerakan Tari Perang atau yang sering disebut Tari Baluse sangat dinamis, hentakkan kaki yang diiringi oleh musik dan gerakan mengayunkan tombak dan pedang menggambarkan semangat para prajurit dalam mempertahankan kampung mereka dari serangan musuh. Tidak hanya itu saja, suara yang dipandu oleh para penari juga merupakan ekspresi ketangkasan dan kepahlawanan para kesatria.


Saohagolo.
Nias Sweet Home

Keindahan Nias dari Ujung ke Ujung Tiada Duanya dari Hawai

Keindahan Pulau Nias Tiada Duanya dari Hawai

Keindahan Pulau Nias Tiada Duanya dari Hawai

Pantai Moale adalah satu dari 14 pantai indah di pulau Nias. Pantai ini memiliki garis pantai yang lurus dan panjang. Bagi para pelancong, titik ini menjadi obyek yang wajib dikunjungi. Jaraknya sekitar dua jam perjalanan darat dari Teluk Dalam, ibu kota Kabupaten Nias Selatan, atau sekitar tiga jam perjalanan dari Gunung Sitoli, Nias Induk. Di pantai ini berdiri kafe dan beberapa gubuk kecil berkapasitas enam sampai delapan orang untuk sekadar duduk-duduk menikmati indahnya laut.

Pantai Sorake (Sorake Beach)

Pantai Sorake di Nias Selatan juga bagus banget saat matahari terbit. Di bulan Juni-Juli banyak turis bertandang untuk berselancar,” Pantai di Nias Barat pun tak kalah menggoda. Persisnya di Desa/Kecamatan Sirombu, Nias Barat. Di sore hari, pelancong bisa menikmati para penggembala menggiring sapi untuk pulang melewati pantai. Pemandangan itu begitu unik ketika sapi-sapi itu berlarian berarak di atas pasir pantai, sementara suara deru kaki-kakinya beradu dengan bunyi ombak laut yang tiada henti menepi. Di desa ini berdiri pelabuhan yang pemandangannya begitu indah karena sekitar satu mil dari pelabuhan terdapat pulau-pulau kecil seperti Pulau Asu dan Pulau Bawa. 

Artikel Menarik Lainnya
  1. Potensi Wisata Bahari Di Pulau Nias
  2. Keunikan Tersendiri Pulau Nias
  3. Hotel Nyaman di Pulau Nias
  4. Bahasa Daerah Nias
Ombak di pulau ini dulu mencapai tujuh sampai 10 meter sehingga banyak peselancar memacu andrenalinnya di sana. Keindahan alam bawah lautnya pun memesona untuk para penyelam. ”Sekarang sudah jarang peselancar bermain di sini. Akibat tsunami, ombaknya tidak sebesar dulu lagi,” Sekadar catatan, desa Sirombu mengalami kerusakan paling parah ketika tsunami menghantam Nias pada akhir Desember 2004. Puing-puing bangunan di pantai Sirombu mampu ”memberi” kabar betapa dahsyatnya daya rusak tsunami dan betapa berat penderitaan warga kala itu. Saat itu tercatat 850 korban meninggal dan 35.000 rumah hancur dan rusak. Sebagian besar terdapat di Sirombu. Masih ingin menjelajah pantai? Cobalah berkunjung ke Afulu di Nias Utara. Selain terdapat pantai pasir putih, pantai ini juga menyajikan keindahan pasir merah. Masyarakat Nias Utara menyimpan cerita tentang naga raksasa jahat yang tewas di tangan seorang pendekar sakti. Darah naga mengalir dan menyebabkan sepanjang pantai berwarna merah. ”Itu yang diyakini warga,” kata Elisman Nazara, warga Nias Utara. 

Batu Megalit Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Batu Megalit Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Batu Megalit Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Batu Megalit Yang Masih Ada Sampai Sekarang

Wisata budaya Nias Di Jamin Memuaskan

Bila bosan menikmati keindahan alam, pelancong bisa menikmati wisata budaya Nias yang masih sangat kental, terutama di Nias Selatan. Desa-desa adat, batu megalitikum (batu besar), serta cerita yang melingkupinya amat menarik. Tanpa mengunjungi tempat-tempat tersebut, cerita mengenai keagungan megalitikum atau keunikan desa-desa adat terasa hambar.
Cobalah kunjungi batu megalitikum di Desa Lahusa Idano Tae, Kecamatan Gomo. Batu-batu ukuran raksasa itu merekam sejarah kebudayaan bagaimana para pendahulu warga Nias berperilaku. Nilai-nilai luhur dan kearifan lokal terekam abadi di antara batu-batu andesit itu.

Sayangnya, batu megalit di Lahusa Idano Tae yang diagungkan warga itu tidak terawat sehingga tidak menarik secara visual. Berbeda dengan megalit di desa Orahili Fau dan Bawomataluo, Kecamatan teluk Dalam. Batu-batu itu begitu terawat dan masih dimanfaatkan warga untuk sekadar duduk-duduk atau untuk upacara adat. Hampir di halaman setiap rumah terdapat batu besar sepanjang 1,5 meter, lebar 1 meter, tebal 20 sentimeter. Beberapa ukurannya sedikit lebih kecil. Peninggalan leluhur Nias berupa megalit itu terdapat pula di Desa Ulayama, Kecamatan Lolowa’u, dan Onolimbu, Nias Barat. Khusus di desa Bawomataluo, pelancong bisa menikmati sajian Tari Perang (Baluse) dan lompat batu (hombo batu), dua tradisi Nias yang amat terkenal itu. Dua tradisi ini sekarang kerap diperagakan khusus untuk menjamu para pelancong, tentu tidak gratis. ”Untuk peragaan tari perang biasanya kami minta tarif Rp 5 juta sampai Rp 10 juta. Dana ini untuk para pemain yang jumlahnya mencapai 50 orang,” kata Hikayat Manao, tokoh masyarakat Nias. Daya tarik budaya dan keindahan alam Nias seolah tiada habisnya meskipun pernah dikoyak tsunami. Dari ujung utara sampai ujung selatan Nias menyajikan keindahan yang sulit ditemukan di tempat lain. Sayangnya, infrastruktur dan fasilitas lain kurang mendukung keindahan itu. Jika pemerintah serius memerhatikan Nias, tentu potensi-potensi itu bisa menjadi sumber kesejahteraan dan kemajuan warga Nias.

Saohagolo.
Nias Sweet Home

Sumber www.museum.pusaka-nias.org

Tari Maena, Simbol Sukacita Suku Nias

Maena

Suku Nias merupakan kelompok masyarakat yang tinggal di Pulau Nias, propinsi Sumatera Utara. Mereka memiliki sebuah tarian tradisional yang sejak dulu hingga kini tetap ditarikan yakni tari Maena. Suku Nias menjadikan tari Maena sebagai tarian kolosal yang penuh sukacita.  Tari Maena seringkali menjadi pertunjukan hiburan ketika suku Nias menyelenggarakan pesta pernikahan adat. Dalam upacara pernikahan adat, pertunjukan tari Maena diselenggarakan ketika mempelai lelaki tiba di rumah mempelai wanita. Tarian ini ditarikan oleh keluarga dari pihak mempelai lelaki untuk memuji kecantikan mempelai wanita dan kebaikan keluarga pihak wanita. Setelah mempelai lelaki, keluarga dari mempelai wanita pun menyambut kedatangan keluarga pihak lelaki dengan menyelenggarakan tari Maena.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer



Tarian ini menjadi simbol untuk memuji mempelai lelaki beserta keluarganya. Sesekali, Tari Maena menjadi tari penyambutan tamu kehormatan yang berkunjung ke Pulau Nias. Dalam sebuah pertunjukan, tari Maena ditarikan oleh beberapa pasang penari lelaki dan wanita.  Dari awal hingga pertunjukan usai, gerakan tari Maena didominasi dengan perpaduan gerak tangan dan kaki. Gerakannya terlihat sederhana namun tetap penuh semangat dan dinamis.
Kesederhanaan gerak itulah yang membuat siapa saja termasuk anda dapat menjadi penari tari Maena. Tidak ada batasan berapa jumlah penari Maena. Semakin banyak peserta tari Maena, gerakan tari Maena semakin terlihat semangat.Daya tarik utama dari tari Maena yakni lantunan beberapa rangkaian pantun Maena. Pantun Maena disampaikan oleh satu atau dua orang pemain yang dalam bahasa Nias disebut Sanutuno Maena. Tidak semua orang dapat menjadi Sanutuno Maena. Seorang Sanutuno Maena harus fasih berbahasa Nias.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Biasanya, yang menjadi Sanutuo Maena yakni tetua adat atau sesepuh suku Nias. Isi pantun disesuaikan dengan waktu pertunjukan tari Maena dipertunjukkan. Ketika tari Maena diselenggarakan pada pesta pernikahan, pantun biasanya berisi kegembiraan dan doa untuk kedua mempelai. Namun ketika tari Maena dijadikan tari penymbuta tamu kehormatan, pantun Maena menggambarkan rasa hormat warga Nias kepada tamu. Pantun Maena biasanya disampaikan pada awal pertunjukan.

Setelah Sanutuo Maena menyampaikan beberapa bait pantun, pertunjukan tari Maena dilanjutkan dengan nyanyian berbahasa Nias. Dengan lantang, para penari Maena menyanyikan beberapa syair lagu yang isinya disesuaikan dengan tema acara. Mulai dari awal penyampaian, lirik lagu dalam pertunjukan tari Maena tetaplah sama dan disampaikan secara berulang. Syair lagu itulah yang mengiringi gerakan para penari Maena hingga pertunjukan tari Maena usai.

Untuk menyaksikan pertunjukan tari Maena, anda dapat berkunjung ke Pulau Nias, propinsi Sumatera Utara. Anda dapat mengawali perjalanan menuju Pulau Nias menggunakan pesawat terbang dari Bandara Polonia Medan dan tiba di Bandara Binaka, Gunungsitoli.Perjalanan dari Medan menuju Gunungsitoli naik pesawat terbang, lebih kurang 50 menit penerbangan. Dari Bandara Binaka menuju pusat kota Gunungsitoli hanya membutuhkan waktu lebih kurang 10 menit perjalanan naik becak motor atau angkutan umum.

Ketika berada di Pulau Nias, tidak ada salahnya jika anda juga mencoba untuk mentarikan tari Maena bersama warga Nias dan para penari Maena. Untuk memperoleh informasi lebih lanjut tentang pertunjukan tari Maena, para pemandu wisata dari biro perjalanan wisata di Pulau Nias dapat membantu anda.

 Next time...
1.Tarian perang Nias
2.Tari Moyo
 

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Keunikan Pulau Nias


Ada satu ciri khas dari Pulau Nias, apalagi kalau bukan sejarahnya menurut penelitian yang dilakukan oleh para peneliti. Pulau ini sudah dihuni oleh manusia sejak 3.000 tahun lalu. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya beberapa peninggalan sejarah yang masih dapat dijumpai hingga sekarang. Peninggalan-peninggalan dapat kita lihat di Bukit Tolobahu di sisi sebuah gereja di atas Desa Idano Tae, Gomo, sekitar 60 km dari Gunungsitoli. Di sini terdapat ratusan batuan bermacam bentuk seperti patung, altar dan benda lain yang diperkirakan telah berusia di atas 3.000 tahun.


Desa ini konon diyakini sebagai tanah leluhur nenek moyang pertama orang Nias. Sehingga tak heran, jika penduduk sekitar mengkeramatkan area kawasan ini.Di areal seluas 3.000 meter persegi ini ada meja batu yang semuanya berjumlah 62 unit. Tingginya berbeda-beda, ada yang 80 cm, 70 cm, 50 cm sampai 20 cm dengan ketebalan 10 sampai 20 cm. Benda lainnya adalah patung dengan hiasan kepala naga sejumlah 42 unit. Selain itu masih ada peti mayat, lesung pencucian kaki, mimbar, tiang pasungan, batu pancung, pilar gapura, kursi raja, kursi tamu, bangku pag raja, dan yang kecil untuk para abdi dan rakyat jelata.

Nias juga punya rumah adat. Lokasi yang paling terjaga terdapat di Desa Bawomataluo, Orahili dan Hilisimaetano, Kecamatan Teluk Dalam. Di desa-desa tradisional inilah terdapat hombo batu (susunan batu berbentuk kerucut setinggi dua meter) yang dikenal sebagai tempat latihan para pemuda yang akan berperang pada zaman dahulu. Pemuda yang akan berperang lulus seleksi bila mampu melompati batu ini. Logikanya sederhana, batu itu sebagai uji coba melewati benteng desa lawan yang umumnya terdiri dari batu setinggi dua meter juga.

Rumah Adat Nias

http://niassweethome.blogspot.co.id/

Rumah adat dan ukiran-ukiran batu tua dapat ditemukan di sekitar pulau bagian tengah. Beberapa dari rumah adat ini bahkan telah berusia 3.000 tahun.

desa di Nias dan melihat rumah dengan arsitektur unik yang telah dibangun sejak berabad-abad yang tahan gempa bumi. Rumah-rumahnya dibangun dengan pilar-pilar yang bertumpu pada bongkahan-bongkahan batu. Pilar-pilar ini dibangun dengan tumpukan-tumpukan batu yang miring yang menciptakan struktur 3 dimensi yang kuat, desain rumah seperti kapal kayu ini terinspirasi oleh kapal-kapal Belanda yang membawa rempah-rempah. Melihat ukiran kayu yang rumit setiap rumah penduduk. Desa Hilisimaetano di Selatan Nias memiliki lebih dari 100 rumah tradisional dengan ukiran khas Nias.
Rumah Adat Nias
Di dataran tinggi utama desa di sekitar Gomo memiliki contoh ukiran batu terbaik. Daerah ini meski sulit diakses, harus melewati hutan atau menumpang kendaraan orang setempat namun semua itu akan terbayar dengan pengalaman petualangan yang takan terlupakan di Pulau Nias dan menjadi kenangan yang bersifat pribadi dan unik tak terlupakan.Pusaka budaya Nias yang kaya terdiri dari kombinasi luas berbagai saujana (cultural landscapes) dengan bukti keberadaan situs-situs megalitik, desa-desa tradisional, arsitektur setempat yang menakjubkan dan keanekaragaman kerajinan tangan dan adat istiadat.
Di setiap Kabupaten Nias memiliki bentuk rumah adat yang berbeda-beda, baik segi ukiran dan bentuk. Gambar di atas merupakan salah satu Icon rumah Adat yang ada di pulau Nias.

Semoga Bermanfaat...!!!

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Museum Pusaka Nias


(Patung-patung leluhur koleksi musium Pusaka Nias)
Di kabupaten Nias, Gunung sitoli terdapat museum yang memiliki harta koleksi yang beragam dan berharga. Museum ini berdiri berkat kerja keras Pastor Johannes M. Hammerle, warga Negara Jerman yang sudah menetap di Nias 36 tahun dan menjadi Direktur Museum untuk mengoleksi benda-benda peninggalan budaya Nias. Jumlah koleksinya mencapai 6.500-an. Koleksinya terdiri dari artefak alat-alat rumah tangga, patung-patung megalith dari kayu dan batu, perhiasan, senjata tradisional, mata uang, pakaian adat, simbol-simbol kebangsawanan sampai rumah adat asli Nias yang disebut Omo Hada. Fasilitas-fasilitasnya adalah perpustakaan umum, meeting room, kantin, kebun binatang mini, sampai area rekreasi pantai.

Batu-Batu Megalit di GOMO yang Terlantar


Megalit terlantar
 Batu Megalit
Arca-arca batu berusia ratusan tahun bisa dijumpai di halaman-halaman rumah penduduk. Di Gomo setidaknya ditemukan 14 titik yang merupakan situs batu megalit. Tapi yang sudah dibuka untuk umum baru empat situs, semua yang telah dipugar pemerintah. Semua situs itu terletak di ladang dan hutan penduduk setempat di daerah Idanotai, Lahusa Satua dan Tundu Baho. Untuk menuju ke sana hanya bisa di tempuh dengan berjalan kaki atau kendaraan roda dua. Itu pun harus menyeberangi arus sungai dan jalan setapak di pegunungan yang kemiringan konturnya mencapai 45 derajat, sangat melelahkan memang.
Pengunjung bisa ber-snorkeling dengan nyaman dari pinggir dermaga yang ada dimuseum ini. Pusaka ini menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara, walaupun selama ini pariwisata budaya hanya menjadi kegiatan pinggiran dalam hal kontribusinya terhadap ekonomi setempat.

Klik disini untuk mendapatkan artikel menarik seputar Dunia Komputer

Perlu di ingat warisan para leluhur ini perlu dilestarikan kenapa diluar pulau nias mereka bisa menjaga /melestarikan warisan leluhur mereka...? Kiata ambil contoh Balai pelestarian cagar budaya jogjakarta.
dan masih ada yang lainnya....

Semoga bermanfaat...!!!

Top